Minggu, 05 April 2009

WINNETOU DAN TAPANULI

Oleh Pandu Ganesa via Pasar Buku
Medan geger, pak ketua DPRD bahkan wafat terkena dampak demo itu. Tapanuli (tapian na uli=tepian yang indah) pun resah. Kompas hari ini (Februari lalu) menyebutkan bahwa Sibolga zaman kolonial adalah sebuah karesidenan, dst dst.

Charley (ak.a Old Shatterhand, a.k.a Kara Ben Nemsi), si pengeliling dunia pada paroh kedua abad-19 itu (paling tidak demikian yang disampaikan Karl May, babe-nya Winnetou) rupanya menulis juga tentang petualangannya di Sibolga, Teluk Tapanuli.

Berikut dicuplik dari: Di Tepian Lautan Teduh, tentang Indonesia, tepatnya Sumatra bagian barat. Cerita ini adalah prequel dari Dan Damai di Bumi! Naskah berikut belum diedit.

ogh/gono

http://indokarlmay.com http://tokowinnetou.com

=====
Dalam pada itu kami telah meninggalkan pulau Pulo si Malu dan menuju ke arah tenggara. Di sebelah kiri, jauh di hadapan kami, tampak kepulauan Baniak, dan di sebelah kanan kami di kejauhan muncul kepulauan kecil yang terletak di pantai utara Pulo Niha: Kami berlayar menuju teluk Tapanuli.

Bagi seorang asing tidaklah mudah untuk memasuki pulau Baniak dan Pulo Niha, karena dari yang satu ke yang lainnya berderet sejumlah pulau kecil yang membuat pelayaran ke sana tidak aman; sebab itulah orang mesti membawa seorang pemandu walau di sini tidak ada peraturan yang mewajibkannya. Beberapa perahu berbendera pemandu menghampiri kami. Sebuah tali dilempar kepada perahu pertama yang mencapai kami, kemudian penumpangnya naik ke atas geladak.

Dia seorang Melayu asli, tapi kelihatannya dia mengerti baik bahasa Belanda maupun bahasa Inggris; dengan cepat dia sepakat dengan Lord tentang honor panduan dan kemudian mengambil alih komando yacht; maksudnya, dia naik ke atas bersama Raffley untuk menjadi menjadi juru mudi dan menunjukkan dia bagaimana mengoperasikan kemudi.

Saya berjalan ke ujung depan haluan, karena dari sana saya dapat melihat pemandangan terbaik. Pemandangan di sana sangat indah, ya, sangat unik. Semakin dekat kami mendekati teluk, semakin jelas pantai tinggi Sumatera naik di hadapan kami. Tetumbuhan apakah yang terlihat di sana itu! Dunia tetumbuhan Sumatera menawarkan pemandangan yang sangat luar biasa, begitu indah dan beragam; kami tiba dari laut tinggi dan meluncur di antara pulau-pulau yang menawan ke arah sebuah daratan yang tampak seperti seorang peri yang berkilau kehijauan dan harum dalam pasang naik yang bersinar seperti batu pualam. Pemandangan luar biasa dan sangat menawan ini merebut semua perhatian saya, hingga apa yang terjadi di belakang di atas dek tidak memancing sedikit pun perhatian saya.

Saya merasakan semua apa yang pernah saya baca tentang Sumatera, saya berpikir terutama tentang binatang-binatang buruan yang banyak terdapat di pulau ini: orang utan, gajah, badak bercula dua, tapir, macan kumbang, dan khususnya raja harimau yang di sini sangat kuat, berbahaya, dan ditakuti seperti kerabatnya di India. Apakah saya akan menemukan kesempatan untuk berburu di pulau ini?

Kini kami sudah berada di teluk, di mana kebetulan tak ada satu pun kapal Eropa yang sedang berlabuh; tetapi ia semakin ramai oleh praue-praue dan rakit-rakit Melayu. Yacht berbelok dan tidak menuju daratan, melainkan ke pulau Mansilla yang terletak di depan teluk, tentang mana saya tidak merasa heran, sebab saya tidak kenal kondisi-kondisi lokal di sini.

1 komentar:

  1. Ternyata Karl May menulis juga tentang petualangannya di Sibolga.. he..hee..hheee

    BalasHapus