Senin, 25 Mei 2009

Meramal Mobilitas Masyarakat Padang Lawas


Oleh Aminuddin Siregar

Nampaknya, para ahli sosial sepakat bahwa, mobilitas masyarakat ditentukan oleh sekurang-kurangnya dua hal sangat pening. Penting karena harus selalu diingat bahwa naik turunya peringkat seorang individu dalam masyarakatnya selalu diukur dari kemampuan dan usahanya sendiri.
Tentang yang pertama, lepas dari persoalan kapitalisme yang memiliki keterbukaan relative, maka perkembangan industri dapat mendorong suatu masyarakat ke arah modernisasi yang dapat diasumsikan sebagai keberuntungan. Sebab kehadiran perkebunan misalnya, akan melahirkan munculnya ekonomi industri, meskipun pada awalnya mendapat tantangan berat.
Anggaplah Padang Lawas memiliki citra usaha perkebunan kelapa sawit, sekaligus industri pengolahan kelapa sawit itu sendiri. Baik yang dikelola oleh masyarakat, maupun yang kepemilikannya berada di bawah kendali pemerintah melalui Badan-badan usaha milik Negara dan atau milik Daerah. Hal ini jelas membuat suatu gerak dinamis keseharian masyarakat.
Pada saat masyarakat bergerak menuju modernisasi atau ingin memodernisir dirinya, maka di saat yang bersamaan seorang individu dapat membebaskan diri dari ikatan-ikatan tradisional yang membelenggu bagi berlangsungnya mobilitas dirinya, sehingga ia dapat memastikan kemampuan dan usahanya sendiri.
Ini penting bagi seorang individu yang hidup dalam suatu lingkungan atau lingkaran masyarakat yang berusaha memodernisir dirinya. Tingkat kompetisi terus menajam, lantaran kesempatan yang sama tidak akan pernah muncul untuk kedua kalinya. Dalam konteks ini ilmu sosial jelas tidak berurusan dengan idealisme.
Itu sebabnya di dalam masyarakat yang mengalami transformasi sosial besar-besaran senantiasa memberi pengaruh kepada struktur pekerjaan yang membuka kesempatan sangat besar bagi setiap orang. Dalam kondisi seperti inilah mobilitas sebuah masyarakat dikendalikan oleh proses industrialisasi yang terus berberubah dan berkembang.

***
Hal kedua ialah perubahan teknologi dalam proses produksi. Ini kembali perlu diingat dan mendapat perhatian serius. Di mana perubahan teknologi akan membawa akibat pada permintaan terhadap tenaga kerja kasar yang tidak terampil atau tidak memerlukan keahlian akan terus menurun.
Meskipun industrialisasi selalu menyampaikan “motto” memperluas kesempatan dan menyediakan lapangan pekerjaan. Tetapi dengan dinamika mobilitas sosial yang terjadi, sejalan dengan kenaikan standar hidup material secara besar-besaran juga tidak dapat dihindari. Walaupun hal ini bukanlah merupakan fungsi mobilitas sosial suatu masyarakat.
Kalau pendidikan merupakan sarana mobilitas dianggap sebagai hambatan dalam pencapaian ekonomi, maka hal ini sangat berkaitan dengan birokrasi ekonomi itu sendiri. Lantaran birokrasi belum bisa menunjukkan cirri-ciri kewirausahaan ketika organisasi birokrasi itu bergerak dalam suatu ekonomi pasar.
Sudah barang tentu hal ini diperkuat oleh tingkat pendidikan sebagai bagian terbesar dari faktor kunci laju pertumbuhan ekonomi, di mana mobilitas sosial masyarakat yang hampir tidak dapat disangkal, menurut Peter L. Berger dibentuk oleh kekuatan sosial, politik dan demografi, sebagai hasil sampingan dari perubahan stuktur ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaan.
Contoh, konkrit dari hal ini digambarkan sangat bagus oleh Peter L. Berger dalam bukunya “Revolusi Kapitalis”, bahwa seorang anak dari keluarga seorang buruh kasar dengan latar belakang pendidikan sarjana, mempunyai kesempatan lebih baik dibandingkan dengan seorang anak dari keluarga pegawai kantoran tetapi tidak memiliki tingkat pendidikan tersebut.

***
Katakanlah Kabupaten Padang Lawas sebagai sebuah kawasan yang kini tengah mengalami proses transformasi social besar-besaran. Di mana industri kelapa sawi semakin mengalami peningkatan cukup signifikan. Maka tingkat mobilitas masyarakatnya juga akan mengalami percepatan dengan pola-pola persambungan dan hubungan social yang berubah dari sebelumnya.
Dengan berkembangnya industri di tengah masyarakat akan muncul perubahan pola-pola hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Biasanya ini tidak secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat bersangkutan. Tetapi dapat diamati sejauh mana perubahan pola-pola yang menggambarkan dinamika mobilitas sebuah masyarakat.
Perkembangan industi sudah jelas akan membuka lapangan kerja dari semua jenis pekerjaan. Tetapi bersamaan dengan itu perubahan teknologi. Tidak saja perubahan teknologi industriitu sendiri, tetapi juga perubahan teknologi informatika yang begitu cepat dan meluas, seperti halnya Kabupaten Padang Lawas.
Semua itu sangat menguntungkan bagi proses pembangunan di satu sisi. Tetapi disisi lain akan membuka tingkat persaingan yang sangat tinggi, yang mengharuskan setiap tenaga kerja harus siap untuk selalu memperbaharui pengetahuannya baik melalui pengalaman yang sudah ada maupun melalui berbagai pelatihan teknis dan keahlian lainnya.
Dengan semakin tingginya tingkat persaingan yang dibawa langsung oleh perubahan teknologi yang mengikuti percepatan perkembangan industri, maka semakin tinggi tingkat mobilitas social sebuah masyarakat. Kompleksitas keseharian masyarakat juga semakin rumit. Pada saat sperti inilah birokrasi ekonomi perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah agar laju pertumbuhan ekonomi sejalan dengan dinamika mobilitas social masyarakat dalam mengimplementasikan kemampuan dan usaha masyarakat baik secara individual maupun kelompok.
Dalam masyarakat yang mengalami kondisi seperti ini akan sangat mudah dikenali tingkat mobilitasnya. Lantaran setiap individu manusia akan berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan hasil usahanya. Ini sangat berkait dengan upaya seseorang untuk membuktikan bahwa dirinya mampu dan siap memasuki persaingan pasar kerja yang tersedia. Geliat Padang Lawas , gimana? Wallaua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar